• English
  • Bahasa Indonesia

Lolly Sampaikan Terobosan dan Tantangan Perkuat Penyelenggaraan Pemilu Ramah Perempuan

Anggota Bawaslu Lolly Suhenty (tengah memegang mikrofon) dan Anggota DKPP Ratna Dewi Perttalolo saat memberikan argumentasi dalam sesi diskusi acara Konsolidasi Nasional Perempuan Pengawas Pemilu 2024 yang berlangsung di Jakarta, Selasa 20 Desember 2022/Foto: Pemberitaan dan Publikasi Bawaslu RI

Jakarta, Badan Pengawas Pemilu- Anggota Bawaslu Lolly Suhenty menyampaikan terobosan Bawaslu dalam memperkuat pemyelenggaraan pemilu ramah perempuan. Dia menyampaikan tiga terobosan yang tengah dilakukan Bawaslu sekaligus membeberkan dua tantangan berkaitan regulasi dan kesadaran adanya keterwakilan perempuan.

Lolly mengatakan, terobosan Bawaslu pertama dengan perlu secara terbuka mendukung perempuan terlibat seperti dalam acara Konsolidasi Nasional (Konsolnas) Perempuan Pengawas Pemilu 2024 yang berlangsung di Jakarta ini.

Terobosan kedua yang dilakukan Bawaslu, lanjutnya, dengan menghadirkan klausul yang mendesak dan mendorong agar ada peningkatan keterwakilan perempuan yang terdapat dalam Peraturan Bawaslu (Perbawaslu) soal keterwakilan perempuan dalam proses rekrutmen pengawas pemilu.

"Ketiga, kami menyepakati yang namanya kegiatan Bawaslu itu harus menyertakan seluruh pesertanya minimal 30% perempuan harus terpenuhi. Nah, itu saya kira terobosan yang aplikatif, bisa dilihat dan kita ukur bersama dalam pelaksanaannya," katanya saat sesi diskusi Konsolnas Perempuan Pengawas Pemilu 2024, Selasa (20/12/2022).

Lolly juga menyampaikan dua tantangan keterwakilan perempuan dalam penyelenggaraan pemilu. Pertama, kata dia, soal regulasi.

"Secara regulasi tidak ada perubahan, maka kita masih memiliki tantangan yang sama. Misalnya untuk penyelenggaraan pemilu, pasal yang mengatur soal keterwakilan perempuan kalimatnya masih (menggunakan frasa) 'memperhatikan'," ujarnya.

"Berbeda dengan pencalonan anggota legislatif yang bunyinya sudah 'menyertakan', sehingga, secara regulasi kita masih memiliki tantangan yang sama," lanjutnya.

Tantangan kedua, soal kesadaran. Kesadaran yang dia maksud, yakni dalam mendorong keterwakilan perempuan, tidak cukup hanya dilalukan perempuan saja melainkan kesadaran tersebut juga harus dimiliki laki-laki. "Sehingga nanti laki-laki juga dukung perempuan, tidak sekadar perempuan dukung perempuan," jelasnya.

Anggota Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Ratna Dewi Pettalolo menjelaskan pentingnya membangun komitmen. Dirinya menegaskan demokrasi tanpa perempuan tidak ada apa-apanya.

"Jadi, demokrasi membutuhkan perempuan dan keterwakilan 30% atau kebijakan afirmasi merupakan bagian dari dorongan. Terpenting, perempuan itu harus sadar karena demokrasi membutuhkan perempuan," jelasnya.

Perlu diketahui, Konsolnas Pengawasan Perempuan dihadiri srikandi pengawas pemilu se-Indonesia serta tokoh perempuan seperti Staf Khusus Wakil Ketua MPR RI Dr. Atang, aktivis pendiri Queenrides Iim Fahina. Ada pula Anggota Bawaslu 2012-2017 Endang Wihdaningtyas, Anggota Bawaslu 2008-2012 Wahidah Suaib, dan Wirdyaningsih.

Editor: Ranap THS
Fotografer: Jaka Fajar Nugraha

Share

Informasi Publik

 

Regulasi

 

Pendaftaran Pemantau

 

Forum

 

SIGAPLapor

 

 

Whistleblowing System

 

Helpdesk Keuangan

 

SIPS

 

SAKIP

 

Sipeka Bawaslu

 

SIPP Bawaslu

 

Simpeg Bawaslu

Si Jari Hubal Bawaslu

 

 

 

 

Video Bawaslu

newSIPS 2019
newSIPS 2019

Mars Bawaslu

Mars Pengawas PEMILU +text
Mars Pengawas PEMILU +text

Zona Integritas Bawaslu