Submitted by deytri aritonang on
Diskusi Bedah Buku 'Srikandi Mengawasi': Kisah Perempuan Pengawas Pemilu dalam Mengawasi Pemilu 2024 di Batam, Kepulauan Riau, Selasa (12/8/2025).

Batam, Badan Pengawas Pemilihan Umum – Buku Srikandi Mengawasi: Kisah Perempuan Pengawas Pemilu dalam Mengawasi Pemilu 2024 disinyalir merupakan upaya mendekolonisasi pengetahuan publik tentang peran perempuan dalam demokrasi dan pengawasan pemilu. Melalui buku tersebut, Bawaslu hendak menulis ulang kisah pengawasan pemilu agar terbentuk perspektif baru terhadap kinerja perempuan.

“Buku Srikandi Mengawasi ini adalah upaya dekolonisasi pengetahuan. Kita (Bawaslu) ingin menuliskan ulang atau merekonstruksi agar masyarakat punya perspektif baru. Kita tulis ulang sejarah yang biasanya bias kolonial dan patriarki,” ujar Tenaga Ahli Divisi Pencegahan, Partisipasi, dan Hubungan Masyarakat Bawaslu Apriyanti Marwah dalam sambutannya pada Bedah Buku Srikandi Mengawasi:Kisah Perempuan Pengawas Pemilu dalam Mengawasi Pemilu 2024 di Batam, Kepulauan Riau, Selasa (12/8/2025).

Dia mengungkapkan, sejarah bangsa yang beredar di masyarakat banyak menyembunyikan peran perempuan. Padahal, katanya, Perempuan berperan besar mulai dari menyumbangkan gagasan pemikiran hingga ikut berperang. “Perannya (perempuan) sama (dengan laki-laki), tetapi jarang dicatat Sejarah,” ujar perempuan yang akrab disapa Apri ini.

Dia menegaskan, kealpaan pencatatan perempuan dalam catatan sejarah itulah yang menjadi keprihatinan Bawaslu dalam menerbitkan buku yang ditulis oleh 30 perempuan pengawas pemilu itu. Bawaslu, menurutnya, hendak memastikan seluruh kerja perempuan dalam mengawasi pemilu tercatat dalam Sejarah. “Ini upaya kami (Bawaslu) untuk menolak lupa pada sejarah peran perempuan dalam demokrasi,” lanjut Apri.

Ia mengatakan buku tersebut bukan hanya memuat tulisan mengenai kerja perempuan pengawas pemilu. Menurutnya, tulisan-tulisan itu juga menunjukkan perspektif kerja perempuan yang dapat menjadi pelajaran dalam mengawal pemilu.

Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Mike Verawati Tangka mengaminkan keresahan Apri. Menurutnya peran perempuan tidak pernah menjadi narasi yang tumbuh di masyarakat. Namun, kehadiran buku Srikandi Mengawasi:Kisah Perempuan Pengawas Pemilu dalam Mengawasi Pemilu 2024 memberikan angin segar pada tercatatnya peran perempuan.

Lebih jauh, dia berharap buku itu dijadikan dasar dalam mengadvokasi pembuatan kebijakan. Dari kisah-kisah yang tertera di buku, dia berharap muncul kebijakan yang mendukung kerja Perempuan dalam pengawasan pemilu.

Anggota Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau Maryamah mengungkapkan pengalamannya dalam menjalan tugas sebagai pengawas pemilu. Dia mengakui, tantangan yang dihadapi perempuan dalam mengawasi pemilu lebih besar. “Perempuan membawa beban ganda, urusan mengawasi pemilu, dan urusan domestik. Sulit, tetapi bisa dilakukan,” ujar perempuan yang menuliskan kisahnya yang berjudul “Di Balik Layar Perempuan Pengawas Pemilu” itu.

Hal senada disampaikan Anggota Bawaslu Anggota Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau Rosnawati. Dia menambahkan, Perempuan juga menghadapi stigma gender. Apalagi, kata dia, perempuan berjilbab besar sepertinya.

“Tidak perlu pembelaan. Kerja saja secara profesional, buktikan perempuan punya peran strategis dalam menjaga demokrasi. Hijab syar’i bukan penghalang,” tegas kontributor tulisan bertajuk “Melawan Stigma Gender Hijab Syar'i dalam Pengawasan Pemilu” itu.

Sebelumnya, Bawaslu menerbitkan buku Srikandi Mengawasi:Kisah Perempuan Pengawas Pemilu dalam Mengawasi Pemilu 2024 yang mencatatkan kisah dan ditulis oleh 30 perempuan pengawas pemilu. Untuk mendiseminasi dan mengadvokasi kebijakan berbasis gender, Bawaslu menyelenggarakan bedah buku yang direncanakan akan diselenggarakan di delapan provinsi.

Editor: Reyn Gloria

Foto: Bintang Ayudia